Di sebuah puskesmas di bagian kecil dari suatu Negara besar yang terkenal dengan tingkat korupsi terbesar di dunia. Tiga orang ibu-ibu yang bercucur keringat sambil berteriak menahan rasa sakit yang semakin menguat. Tiga orang Ibu itu sedang berada di ruangan persalinan yang sama, beberapa orang bidan sibuk memberikan arahan agar tiga ibu tadi terus berusaha.
Tiga orang bapak yang terlihat gelisah mondar mandir tak karuan di luar ruangan, menunggu kelahiran anak pertama mereka. Dari tiga orang bapak tadi tak ada satu pun yang berani menemani istrinya, suara tangis bayi belum juga terdengar. Kegelisahan semakin memuncak.
Hingga akhirnya tangis memecah ruangan persalinan. Bermula dari satu suara saja lalu berlanjut ke dua suara berikutnya. Tiga orang bapak yang gelisah berebut berlarian menuju pintu ruangan persalinan.
“Anakku jagoan!,” kata dua orang bapak secara bersamaan
sedangkan bapak yang satunuya lagi bengong memandang bayi yang terus menangis semakin kencang.
“Wah, anakku!,” ucap bapak tadi setengah mengeluh.
Dua orang bapak yang tadi melihat anak mereka berlari mendekat kearah temannya tadi.
“Ada apa Mas?,” tanya salah satu dari bapak tadi.
“Ini lo anakku. Ternyata meleset dari perkiraan.”
“Lah, apanya yang meleset, kelihatannya sehat aja tuh,” ujar bapak yang satunya lagi.
“Ini lo—,” tunjuknya.
“Kenapa, normal kok?,” garu-garu kepala kebingungan si bapak yang tadi bertanya pertama kali.
“Anakku gak punya burung!.”
“Mas-mas anak sampean kan perempuan!.”
Tiga bayi itu adalah tiga bayi paling istimewa. Karena tak pernah sebelumnya di daerah itu terjadi hal yang seperti itu. Mulai dari ibunya hamil secara bersamaan, kemudian melahirkannya juga bersamaan. Apakah bikinnya juga di jam yang sama?, tak ada yang tahu tentang hal itu.
Nama tiga bayi itu adalah Alfian noor atau biasa di panggil Alf, Indra Yudistira atau biasa di panggil Indra dan yang terakhir Indri Permatasari, sebenarnya Indri diperkirakan oleh ayahnya adalah anak laki-laki jadi siap, siap dengan nama seperti Herry F, Andee, Opik dan Agung. Tapi sangat disayangkan ternyata Indri adalah anak perempuan. Meskipun begitu Ayah Indir selalu tetap menyayangi anaknya itu.
4 tahun kemudian tiga bayi tadi menjelma menjadi tiga anak yang sering menghabiskan hari-hari mereka bersama. Saat para Ibu-Ibu mereka sedang menggosibkan janda kembang yang kata mereka sih kegatalan menggodai para suami-suami mereka, Tiga anak tadi bermain keluarga-keluargaan.
Tak lama kemudian suara tangis menghentikan pergosiban para ibu-ibu.
Bu Titin ibunya Alf kebingungan kenapa anaknya yang ganteng dan keren itu menangis. “Eh, kenapa kok pada berantem sih!.”
Indri berlari kearah Bu Bela. “Bu, Indra sama Alf berantem.”
Bu Ina menarik Indra dan mulai memarahi anaknya itu. “Nakal nih anak, temen sendiri kok di pukul.”
“Indra gak mukul kok bu, Indra Cuma cubit dikit aja,” jawabnya dengan wajah tidak berdosa.
Bu Ina hanya mampu menghela napas panjang. “Kenapa kok Indra cubit Alf?.”
“Habis si Alf gak mau jadi anak.”
Sambil menangis Alf berucap. “Alf kan mau jadi bapaknya — Alf gak mau jadi anak.”
Tiga ibu tadi hanya tersenyum melihat tingkah laku tiga anaknya yang seumuran itu.
“Gak apa kok Alf, jadi anak juga enak kok!,” ucap Bu Titin membujuki anaknya.
“Gak enak jadi anak.”
“La?, kenapa Alf.” tanya Bu Bela heran.
Dengan bersemangat Indri menjawab. “Kalau jadi anak si Alf-nya gak mau masuk kedalam perut Indri, katanya tar waktu keluar pasti bau pesing.”
Tiga orang Ibu tadi saling pandang keheranan. Dasar anak-anak.[]
NB : Buat Trio Duduls silahkan lanjutkan cerita dudul kita yang lainnya hahahhaaa

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah membaca dan memberikan komentar!