29 Agu 2011

Hadiah Untuk warga Desa Rangkat dan diri saya sendiri


Tahun 2010 adalah tahun yang sangat berarti bagi saya. Di mana di tahun itulah aktivitas menulis saya menjadi super luar biasa produktif. Banyak waktu saya habiskan dengan menulis, terutama menulis cerpen-cerpen dalam genre yang beragam. Tahun 2010 itu juga saya mulai mengenal sebuah desa online yang bernama Desa Rangkat. Sebuah Desa yang berisikan orang-orang yang terdiri dari berbagai daerah di Indonesia akan tetapi tersatukan oleh hobi menulis serta merangkai kata.
Hingga suatu hari If Complicated pun tergagas dalam kepala saya. sebuah cerita cinta yang bersetingkan Desa Rangkat di tahun 1960. Desa Rangkat memanglah desa yang sangat sempurna untuk seting cerita ini. Desa Rangkat yang selalu hidup berdasarkan rangkaian kata yang membentuk kalimat lalu paragraf indah serta menyentuh hati.

21 Agu 2011

My Name is Robert Downey Jr #3 dari 3


[Cerita ini terbagi atas 3 bagian]
{Bagian 3}
“Aku melangkah bukan tanpa alasan, aku meninggalkan bukan tanpa sebab yang jelas, aku melakukan ini karena rasa kerinduanku.”
Menyelami Perasaan
Di kamar sebuah hotel yang terletak di kawasan timur kota Jasmin, berdekatan dengan pantai Kijing yang putih dan indah dengan laut jernih yang membiru. Robert berdiri telanjang dada di depan jendela kamar hotel dengan gorden yang telah dibukanya lebar.
Sinar matahari yang baru saja terbit menyiram ruangan kamar denga kehangatan surya yang membuat Robert merenungkan perbuatannya. Seorang perempuan yang baru saja terbangun, menarik selimut dan menutupi matanya dari sinar matahari yang menyilaukannya.
Robert berpaling kearah temat tidur, bergerak mendekat, menarik selimut yang menutupi wajah cantik yang terlihat tersenyum.

My Name is Robert Downey Jr #2 dari 3


[Cerita ini terbagi atas 3 bagian]
{Bagian 2}
“Aku melangkah bukan tanpa alasan, aku meninggalkan bukan tanpa sebab yang jelas, aku melakukan ini karena rasa kerinduanku.”
Di Puncak Perenungan
Keadaan masih gelap, jam belum berdering, dunia masih sunyi senyap, bahkan para kelelawar pun belum ada yang tidur untuk menyambut siang. Tapi rasa resah yang menghantui Robert membuat dirinya tak mampu lagi memejamkan matanya. Aku harus lari. ucapnya dalam hati.
Dalam malam gelap gulita itu Robert memasang sepatu, mengencangkan tali sepatu hingga dirinya menjadi sangat yakin, berlari melewati halaman rumahnya dan mulai membentuk langkah cepat di atas aspal yang tidak berujung. Dengan berlari emosi yang dimilikinya bisa memicu kekuatan yang lambat membuat dirinya lelah.

My Name is Robert Downey Jr #1 dari 3


[Cerita ini terbagi atas 3 bagian]
{Bagian 1}
“Aku melangkah bukan tanpa alasan, aku meninggalkan bukan tanpa sebab yang jelas, aku melakukan ini karena rasa kerinduanku.”
Kaki-kaki bayangan
Luka gores yang ada di wajah bagian kanan memang sering terasa perih, tapi rasa perih hati jauh lebih dari rasa perih di wajah yang lambat-laun akan menghilang juga, bahkan sampai mati rasa perih itu akan terus saja terasa.
Robert meletakkan ranselnya di samping kaki, menyandarkan diri ke dinding trowongan yang sunyi, meratapi ke hampaan hati yang berdetak naik turun. Sebuah mobil melintas cepat menjauh dan menghilang di ujung terowongan yang benderang. Cukup lama Robert memandangi ujung terowongan dan ketika kemauan itu tidak hanya berupa deskriptif belaka, tapakan kaki membentuk alunan nada yang tidak beraturan. Di mana aku telah hilang. Ucapnya meyakinkan dirinya sendiri.

Kau yakin ingin mendengarkannya?


S
epeda onta tidak lagi bergerak, sepeda tua itu bersandar pada tubuh laki-laki yang cukup tua, mengenakan kaca mata berlensa tebal dengan gagang berwarna kecolatan. Wajah yang dulunya tampan dan ambisius telah pudar tertutup kerut-kerut murung tanpa sedikit pun senyuman. Rambutnya yang dulunya hitam pendek dan rapi kini sudah berubah memerak serta menipis. Tubuhnya mengurus, otot-otot yang pernah ada pada tubuh legamnya kini hanya menyisakan serangkaian tulang yang berjejer merapuh.
Baju coklat sapari yang di gunakannya terlihat sangat rapi, jam bundar yang sejak lama dimilikinya tergantung di baju dengan bagian jam di dalam kantong baju sebelah kiri. Mata yang tersembunyi dari lensa kaca mata tebal itu mengalirkan sebuah tangis, tangis tentang kerinduan, tangis tentang perjuangan yang dulu dilakukannya.

Serial Sastra Pendek Klasik


Debu tersapu angina

Tak bisa lagi membedakan malam dan siang, tak bisa lagi membedakan pagi dan sore. Tak bisa lagi membedakan itu semua dengan keindahan yang seharusnya ternikmati dengan lingkaran dua bola mata yang meredup sendu.
Pagi datang ditandakan dengan kicauan burung gelatik yang hinggap di ranting pohon di samping jendela kamar yang selalu menutup. Sore datang ditandai dengan nyanyian para jangkrik yang berirama selalu sama, panas trik matahari menandakan siang dan dingin angina malam yang datang merasuki jiwa hingga menusuk tulang rusuk menterjemahkan bahwa waktu istirahat segera datang.
Wajah tua renta itu berbaring di dalam kebisuanya, memadangi langit-lagit dalam kekosongan, menyisaka ruang pikirnya merenung tentang celah sempit yang mulai mengapit perasaan hatinya yang tiba-tiba memerih.

18 Agu 2011

Horror dalam Toples


Suara tawa beberapa orang anak menghiasi setiap bagian pohon-pohon galam yang bergoyang, menyelipkan sekelibat bayangan pucat yang berlari kemudian bersembunyi di balik pohon-pohon tadi.
Langkah kaki berhenti di seret, jangkrik kembali bernyanyi, dedaunan malah menyepi, pepohonan berhenti begoyang. Toples kaca yang tadinya tertutup rapat kini dibuka pelan. Diletakkan di atas daun-daun kering. Kemudian mata menegang, memelototi sekitar, mengawasi kegelapan malam yang remang oleh rembula yang menyabit.

Diana, Di Balik Jendela Kaca


Daun-daun kering yang berserakan di rumah tua, yang berasal dari pohon akasia besar di depan rumah tepatnya di depan jendela kaca. Jendela kaca itu masih tertutup rapat, lama dan tak pernah dibuka. Jendela kaca itu kaya akan debu tebal yang di bawa oleh angin kencang yang sering melanda tempat itu. Dan bekas telapak tangan masih sama seperti 3 tahun yang lalu di mana bekas telapak tangan itu juga sering menghiasi jendela kaca tersebut.
Selama berbulan-bulan angin membawa debu lagi, menambah tebal debu pada jendela kaca, menutupi bekas telapak tangan yang mulai mengabur. Hingga suatu malam bekas telapak tangan itu pergi serta menghilang.

ROH


Suara kaki melangkah.
Dekat.
Kemudian berhenti.
Tepat di depan Jos yang tidak berani membuka selimut.
Dengan sangat pelan, selimut disingkap, Jos mulai meringis ketakutan. Dan saat selimut sudah terkuak sempurna, mata Jos menegang penuh kejut.
“Jos—ada apa denganmu?.”

Alf : Kacamata beruntung & tidak beruntung


Kuno, tidak banyak bicara, tidak suka bergaul, suka menyendiri, suka menggunakan kacamata (karena punya banyak koleksi kacamata), rambut tidak pernah disisir karena sudah terlindungi oleh topi bundar kesukaanku, tapi walaupun begitu aku tetap menggunakan minyak rambut, menggunakan celana panjang hitam dengan baju kaos hitam tanpa motif, bertemankan sebatang coklat yang memang selalu ada di dalam tas kecil yang selalu ku sandang.
Catatan rekor terbaikku adalah selalu gagal dalam urusan percintaan karena hubungan paling lama yang pernah terjalin dengan seorang perempuan hanyalah selama 5 hari saja (tidak sampai 1 minggu). Suka menulis dan berkhayal, suka baca buku, suka nonton ke bioskop (sendiri), suka makan gorengan, suka es krim, suka kopi, suka melukis dan juga suka musik jazz.

Alf & Masa Kecilnya (tetap jujur = bodoh)


Alf & Topi kesayangan


Ini kisah topi klasik yang sering ku kenakan dimana pun aku pergi (Kecuali kedalam WC), ternyata eh ternyata nih topi ada sejarahnya saudara-saudara. Dalam cerita kali ini aku akan menceritakan mengapa aku selalu suka pakai topi hitam bundar klasik, berikut sejarahnya…
Dari dulu kacamata memang benda yang paling aku suka, dan hingga hari ini pun aku banyak punya bermacam-macam kacamata. Selain kacamata aku juga suka menggunakan topi bundar klasik, dan dari dulu hingga sekarang, makan tahu sama bakwan, hampir semua orang-orang bilang, topi yang ku pakai ketinggalan zaman. Biji kuaci dimakan gorilla, hai sobat dan kawan ini masalah selera.

LONTEKU ….


_________________________
Dari balik pintu lemari yang renggang. Cahaya ruangan menyelinap, membentuk garis lurus pada sebelah mata yang mengintip. Bola mata hitam itu bergerak dengan jantung yang bergemuruh penuh gelisah. Pelatik pistol sudah siap di tekan, ujungnya sudah diarahkan keluar lewat celah yang sama. Tapi dia menunggu, menunggu kesempatan yang tidak punya batasan.
Desah menyambung tak bisa berhenti, seperti suara berisik ranjang besi yang terus bernyanyi. Selimut terberai, jemari-jemari dengan kuku panjang bercat merah jambu menggenggam menahan sakit berbalut nikmat.

Belum Ada Judul

 
Hutan Wyszkow, 1940

Dedaunana bergoyang menyelipkan silaunya sinar matahari, mengusik kerindangan lembab yang menyelubungi rasa aman dalam marabahaya. Langkah hati-hati bahkan hingga menginjak ranting pun tak berani lagi bergerak. Kematian bisa datang kapan saja seperti mayat-mayat yang bertumpuk di got panjang mengitari hutan yang dibuat oleh tentara Nazi Jerman.
Kain putih panjang berlapis noda darah itu beberapa kali di kencangkan, membelit perut yang sejak beberapa hari itu tidak terisi makanan, suara rintihan dalam perut tak bisa lagi terdengar seperti airmata yang tidak cukup lagi untuk menetes. Lelah dalam penderitaan.

Antara Aku, Kau Dan Bekas Pacarmu


_____________________
Jesika duduk di atas karang di antara pasir putih yang terhampar luas mengawasinya. Diam dia bukan merenung tapi memandang sosok yang mulai menjadikan banyak tanda tanya di kepalanya.
Sekawanan gelombang saling kejar-kejaran, menyentuh pinggiran pasir yang terbawa dan bergoyang, selaras dengan pergerakan yang akhirnya berhenti merentangkan tangan, menahan gelombang, merasakan tubuhnya yang terdorong karena gelombang menerjang. Tak sama seperti kuatnya karang, sosok itu terduduk dengan sejuta senyuman.

6 Agu 2011

Aku lelaki bukan tuk dipilih


Pagar rumah itu tidak terkunci, begitu juga dengan halamannya yang sepi bagaikan mati, Jalan setapak yang akan dikitari, terdapat bangku-bangku kayu jati. Dari samping pekarang itulah, kedua bolamata melihat keadaan kamar lewat jendela, terberai seakan baru saja di kencani, dan langkah menapak pelan, berhenti di balik bunga-bunga mawar yang bermekaran.
Suara tawa terdengar jelas, tawa itu benar-benar lugas, bahagia seakan mengalir deras, walau airmata lain mencoba untuk melepas, kesakithatian yang kian meradang, hanya bisa bisu sambil mengintip di balik mawar-mawar yang bermekaran.