14 Sep 2011

Marwan Al-Shehhi, 11 September 2001


__________________________________________________
29 Oktober 2004
Video itu tersebar dalam hitungan detik, video yang berisikan sosok manusia yang sangat dicari-cari oleh setiap orang Amerika, sosok yang mengingatkan kenangan pahit di dalam setiap ingatan orang Amerika. Sosok itu tua tapi suara seraknya menggetarkan jiwa, penampilannya yang sangat Islami membuat semua orang dengan mudah mengenalinya. Pakaian longgar putih dengan kepala tertutup sorban serta memiliki jenggot panjang dengan mata tajam. Suara itu pun bersaru.
“Kami bebas, dan untuk mendapatkan kebebasan bagi Negara kami. Seperti kalian yang meremehkan keamanan kita, kita meremehkan keamanan kalian — kami sudah sepakat dengan Komandan Jendral Muhammad Atta, Allah mengasihi dia, bahwa semua oprasi akan dilaksanakan dalam 20 menit sebelum Bush dan pemerintahannya menyadari hal itu.”

7 Sep 2011

MELANCOLIS


Tiba-tiba rerumputan tadi membelah tersapu oleh langkah lain yang berlari, dengan kemeja hitam berlapiskan setelah jas rapi di kejauhan. Rambut coklat yang membelah kesamping itu bungsat berbasuh peluh yang terus mengalir ke pelipis wajah. Dan gambara dari warna kemerahan terlihat di kedua bola mata yang berkaca-kaca.
“Sunade—.” Teriak itu melengking menuju langit yang luas tak berbatas, membuat sekawanan burung pipit terbang bergerombol.

4 Sep 2011

Firasat



_______________________
Dua lilin sudah saling tatap dengan posisi yang berhadap-hadapan. Hidangan juga sudah ditata di samping dua lilin dengan dua bangku yang masih kosong. Lampu dengan senghaja di biarkan meremang agar suasana romantis dan hangat bisa bertahan pada malam yang sebenarnya sangat dingin itu.
Jam baru saja berdentang Sembilan kali, Yana yang sudah menggunakan gaun merah hati, menarik salah satu bangku dan duduk dalam posisi menunggu. Suasana sunyi senyap, hingga detak waktu yang menghitung detik demi detik semakin jelas terdengar, lalu dentangan sekali terdengar memecah segalanya, menandakan bahwa sudah sertengah jam waktu berlalu begitu saja.

Di atas batu karang, dihempas deru gelombang


Hari ini adalah kamis di bulan februari, bertepatan dengan hari pertemuan pertamaku dengan sosok lelaki yang aku sayangi, Dan tidak hanya dia aku juga banyak bertemu dengan beberapa orang lainnya yang akhirnya menjadi sahabat-sahabatku.

Jum’at Kelabu : Banjarmasin, 23 Mei 1997


Manusia adalah bagian dari kedatangan dan kepergian, seperti musim yang kerap berganti menghiasi bumi, kadang itu indah kadang itu sangat menyedihkan dan tak banyak dari manusia yang menyadari secara nyata bahwa apa yang telah dimiliki bisa saja menghilang dalam sekejab mata.
Namaku Rio Fahrul Abrizal, orang-orang memanggilku Rio aku lahir tanggal 21 april 1985 di Muara Pahu, Kalimantan Timur dan meninggal dunia tanggal 23 Mei 1997 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Aku adalah bagian dari keluarga yang penuh kebahagiaan, akan tetapi tidak setelah hari itu datang dan mengubah banyak hal dari kehidupan keluargaku. Mungkin ini adalah salah satu contoh bahwa hanya dalam sekejab semuanya terasa pergi dan direnggut dengan menyakitkan.