31 Mei 2011

Elizabeth dan Mary Stuart (Antara Protestan dan Katolik)


1 Februari 1587
Di atas tanah yang berlumpur, gaun indah yang terseret rapuh bergerak mengikuti langkah kaki penuh rasa cemas. Wajah cantik yang selalu menampakan raut-raut keras serta misterius mencoba menyembunyikan ketakutan dan memperlihatkan penampilan tenangnya. Sang eksekutor sudah siap dengan kapak yang sudah diasahnya beberapa jam yang lalu, dengan tangan bergetar sang eksekutor mulai bergerak mengambil posisi untuk bersiap-siap.

28 Mei 2011

Inilah Aku yang Ingin Bunuh Diri


-03-
Langit-langit terasa bergoyang, pelan gelembung udara keluar dari lubang hidung yang menghembus nafas. Sudah cukup lama Aryo menenggelamkan dirinya di dalam bak mandi. Merasakan sesak yang merasuki ke dalam paru-paru. Apa yang aku lakukan?. Jari-jari bergetar itu menguat berpegangan pada pinggiran bak mandi, menahan tubuhnya yang sangat ingin bangkit dan menghirup oksigen yang lepas di udara.
Air dari bak mandi pun tumpah, bersamaan dengan nafas ngos-ngosan yang membawa kembali kehidupan dan kesegaran di paru-parunya.

Tidak Rasional


B
ola mata melotot tajam, geraman berulang-ulang tidak beraturan, jari-jari menggaru dasar meja, rambut panjang terurai acak tak karuan. Tubuh mulai berontak, urat-urat menegang bergerak-gerak. Bersamaan dengan hal itu, lilin-lilin yang menyala di sepanjang dinding kamar membentuk persegi empat meleleh sambil menggoyangkan nyala api yang tidak setabil.
Jam berdenting menggema di ruangan, jam besar yang berada di pojok kanan ruangan melangkahi detik demi detik yang terlihat dari jarum jam kecil, berujung runcing, bergerak mengitari sudut 360 derajat. Bersatu dengan kegaluhan penuh gelisah yang ada di hati Yusuf.

27 Mei 2011

Cermin KuntilanaK


Ingin Bersamamu Selamanya . . .


ina duduk di sebelah Lz, sambil menyandarkan kepalanya di pundak Lz yang kuat dan keras. Cengkraman tangan Aina menguat pada setangkai bunga sepatu yang masih segar. Pemadangan lautan yang menghempas gelombang menghiasi penglihatan mereka berdua. Dari atas jurang yang terjal itu kuasa jiwa Aina dipenuhi dengan rasa keharapan.
“Apakah kau tidak tahu cinta?,” pertanyaan itu akhirnya keluar dari mulut Aina.
Lz berpaling memandang mata Aina yang tajam memohon sebuah jawaban yang tidak menimbulkan ketidak jelasan. “Kami tidak diciptakan untuk itu—tapi dari buku yang ditulis oleh William Shakespeare dengan judul Romeo and Juliet,

Alf Jujur = Alf Bodoh

 
Kamu adalah manusia paling kasar yang pernah aku temui seumur hidupku!
Aku adalah Alf dan Alf adalah aku. Termenung mengingat kata-kata yang keluar dari semua mulut mantan kekasihku yang kesekian kalinya. Hanya sebuah kejujuran yang keluar dari mulut sebuah perpisahan dengan mudahnya terjadi, hingga malam yang sama itu terulang berkali-kali, “Ku habiskan lagi malam ini dengan sebatang coklat dan secangkir kopi.”
Cinta 1 :
Aku sebut ini cinta bodoh. Mengapa bodoh karena aku di sebut sebagai orang bodoh di sini. Anggap saja ketika aku di tanya 1 + 3 = 4 tapi aku malah menjawabnya 1 + 3 = 6 – 2. Dan bagi beberapa orang normal (yang menganggap diri mereka normal) menyatakan dengan yakin bahwa 1 + 3 walau di apakan pun hasilnya tetap 4 bukan 6 atau pun 2.

Misteri Jiwa yang Terlupakan

 
Kamar yang berada di lantai dua itu, yang menghadap kesamping kiri halaman rumah itu, hanya berhiaskan suara musik klasik yang keluar dari harmonika. Suara itu seolah menerjang gerakan waktu, menghempaskan perasaan hati melawan kepiluan, mencari sisi kebahagiaan yang dulu pernah singgah dengan sangat nyata.
Retak yang sama seperti yang dulu pernah ada di jendela kaca kamar itu, masih tetap sama dan tidak akan pernah berubah, dulu di balik kaca retak itu Idris bisa melihat senyuman manis seorang bocah perempuan tersayangnya, senyum yang hingga hari ini masih terlihat jelas di ingatan yang tak mau dilupakan.

RUMAH & TANGGA

 
S
uara wortel dipotong mulai melambat hingga akhirnya berhenti. Yani tahu Yanto berdiri bisu di belakangnya dalam jarak yang cukup jauh. Wajah Yani memang akhir-akhir ini jarang tersenyum, tapi rasa salah dalam hatinya memaksakan dirinya untuk bisa bersikap baik pada suaminya.
Yani berpaling sambil memeperlihatkan senyum di bibirnya. Walau ekspresi Yanto terlihat terkejut tapi, dia tidak mau merusak suasana nyaman yang mulai terbentuk dengan menanyakan ada apa gerangan hingga istrinya itu mau bersikap baik.
Perlahan Yanto duduk di depan meja makan dengan mata yang masih menatap wajah Yani yang berpaling kembali kearah wortel yang sudah terpotong halus. “Kau mau kopi atau teh?.”