Suara
gelombang menghempas dinding kapal dan mengoyangkannya bagaikan seorang
perempuan yang sedang menari mengikuti alunan musik yang melancolis. Antonio
membuka kotak musik kecil berlapis kayu dengan ukiran indah disetiap sisi dari
kotak tadi. Menikmati alunan musik yang keluar, membiarkan tubuhnya ikut
bergoyang di atas kursi goyang yang terus bergerak mengikuti hempasan
gelombang.
Malam itu semua awak kapal tertisur senyap,
semuanya terbius oleh kabut tebal yang datang dengan tiba-tiba, meniupkan rasa
ngantuk di bola mata mereka dan membawa jasad mereka semua ke alam lain yang
jauh dari kerasionalan pikiran. Semua tergeletak begitu saja, bisu dan hanya
terdengar suara deru gelombang yang menggulung.
Antonio menutup kotak musiknya,
menghentikan pergerakan kursi goyang lalu turun dan mulai melangkah maju ke
depan dengan tangan kanannya menggenggam kalung salib yang menurutnya
mendekatkan dirinya dengan Tuhan. Dia menapak anak tangga, menuju keluar
ruangan yang tiada henti terus berdenyit, dia membuka pintu yang tidak terkunci
dan menajamkan pandangannya pada sosok puluhan awak kapalnya yang tergeletak
dengan mata memebelalak keluar tanpa sedikit senyuman di wajah mereka semua.
Pemandangan di tengah laut yang sangat mengerikan.
“Demi Tuhan—,” ucap Antonio berkali-kali
dengan gigi yang mengeletak ketakutan, seluruh tubuhnya yang tertutup rompi
tebal berlapis-lapis, tak bisa lari dari rasa dingin yang menyelimuti tubuhnya,
yang perlahan terasa merasuki jiwanya dan menarik rohnya tanpa tersadari.
Kabut mulai membelah, membawa kapal The Octavius menuju tempat baru yang tidak
pernah dicapai oleh siapa pun yang berada di lautan. Menembus kabut tebal
kemudian memaparkan pemandangan menakjubkan yang membuat Antonio tercengang.
Gelombang menghilang, seperti angin yang
juga menenang dengan tiba-tiba. Layar tidak lagi mengembang, semuanya berhenti
dan terdampar ditengah lautan yang tak berarus.
Ada banyak cahaya di perairan itu, cahaya
itu berupa kilauan lilin yang terdapat di atas setiap sekoci yang bergerak di
perairan itu, setiap sekoci yang mewakili setiap awak kapalnya yang menghilang
bagikan asap menggumpal dan menggumpal dengan tiba-tiba hingga menjadi kembali
wujud nyata dengan tatapan kosong, wujud-wujud itu duduk di atas sekoci,
memegang pengayuh dan bergerak maju menuju arah barat yang tidak berujung.
Kalung salib pun terlepas dari genggama Antonio,
seolah dia telah meninggalkan Tuhan yang menurutnya sudah melupakan keberadaannya.
Padahal yang terjadi sebenarnya adalah, dialah yang tidak lagi percaya dengan
adanya Tuhan. Dia meninggalkan Tuhan.
Antonio bergerak ke haluan kapal,
berdiri di samping tali yang menahan layar, dia berpegangan pada tali dan
menatapi puluhan sekoci yang terus bergerak meninggalkan dirinya. Lalu sebuah
sekoci lewat di samping kapanya, dekat dengan tempat dia berada saat itu. Antonio
bisa mengenali sosok yang terus mengayuh di dalam sekoci itu. Sosok itu adalah
Olmer Parker, awak kapanya yang bekerja sebagai pembaca arah mata angin.
“Palker—,” teriak Antonio memanggil nama
awak kapalnya tadi.
Tak ada jawaban, akan tetapi awak
kapalnya tadi berhenti mengayuh, Palker menoleh kearah Antonio dengan ekspresi
wajah penuh kesedihan. Matanya basah dengan air mata, lalu dia melambaikan
tangan kirinya sebagai tanda dari sebuah perpisahan.
Perlahan sekoci itu terisi air, merendah
ke dalam lautan dan tenggelam hingga tidak tersisa lagi. Dan saat Palker
terlihat mengapung di atas lautan, sebuah tangan putih dengan wajah cantik
berambut hitam panjang, menarik Palker ke dalam lautan seperti sekoci tadi,
lenyap dalam kegelapan malam di dasar laut.
Saat semua sekoci bernasib sama dan tak
ada yang tersisa, lautan yang tadinya terang oleh cahaya lilin kini gelap pekat
mengerikan. Antonio menangis di ujung kapal, dia menangisi banyak hal yang
hilang dan direnggut dari kehidupannya salah satunya adalah semua awak
kapalnya. Dia menyalahkan dirinya atas semua itu.
.
Dahulu
kala semasa perang antar Perompak meledak, hiduplah seorang lelaki tampan dan
memiliki ambisi besar untuk mengarungi laut Perompak hingga ke pulau Zorden
yang penuh dengan harta kuno. Dia seorang Kapten dari sebuah kapal yang bernama
Black Jack.
Nama
laki-laki itu adalah Antonio, berambut panjang ikal, berhidung mancung dengan
dagu sedang serta memiliki seribu karisma dan peson, selalu tepat janji dan
sulit untuk menyerah.
Suatu
hari ketika Antonio bersama awak kapalnya sampai kesebuah gua Xores tempat para
putri duyung berdiam, gua itu besar dan memiliki aroma terharum yang pernah ada
di dunia,.
Setelah
menyusuri gua tadi selama empat hari—sanpailah Antonio kesebuah pulau dibalik
gua yang indah dan mempesona. Pulau itu dihuni oleh para putri duyung yang
memiliki sejuta kecantikan, membuat semua awak kapal terpikat hati. Tapi rasa
terpikat itu sirna ketika mengetahui bahwa pulau tanpa nama itu di pimpin oleh
seorang laki-laki kuat, tampan dan penuh wibawa. Laki-laki itu tidak lain
adalah ayah dari empat putri duyung tercantik yang ada di pulau itu
Youri,
Juwana, Oskar dan Vennus. Dari empat putri duyung tadi Antonio jatuh hati pada
Vennus, putri tertua dari empat barsaudara. Pertemuan tanpa senghaja di atas
dermaga membuat keduanya terlarut dalam cinta penuh gejolak.
Tapi
sangat disayangkan cinta itu harus terpisah karena Vennus sudah dijodohkan
dengan seorang raja dasar laut yang bernama Plato. Vennus tidak mencintai Plato
dia lebih mencintai Antonio—karena perasaan cintanya itu Vennus mengajak
Antonio untuk lari dari pulau tanpa nama demi cinta yang dimilikinya. Mereka
melarikan diri—pelarian itu tidak bertahan lama. Antonio dan para awaknya ditangkap
dengan tuduhan penculikan dan akan dihukum mati.
Vennus
yang tidak rela Antonio mati, mencari kedasar laut sebuah batu abadi yang akan
membuat Antonio tak akan pernah mati—Vennus mendapatkan batu tadi memecahnya
menjadi serpihan dan meminumkannya kepada Antonio dan juga seluruh awak kapal
yang terkurung tak berdaya di dalam penjara.
Ketika
eksekusi mati dihadapan seluruh penghuni pulau selesai—saat itu semua awak
kapal Black Jeck termasuk Antonio digantung menggunakan kawat besi hingga
mereka semua tak bergerak yang kemudian dibuang ketengah lautan.
Saat
bulan purnama Vennus berenang ketengah lautan mencari Antonio dan juga awak
kapal Black Jeck yang kembali hidup dan akan menjadi abadi. Saat Vennus bertemu
dengan Antonio saat itulah cinta mulai memudar—wajah tampan Antonio sudah
sirna, ramburnya sudah rontok, kulit-kulit tubuhnya sudah terkelupas—Vennus
hanya menemui sekumpulan tengkorang hidup yang tenggelam dalam perasaan penuh
sesal.
Batu
itu membawa sebuah kutukan kepada semua awak kapal. Mereka semua berubah
menjadi mayat hidup yang menyedihkan dan penuh penderitaan. Ternyata hidup
kekal abadi itu bukanlah pilihan yang menyenangkan—dimana hal-hal semasa hidup
dulu seolah menjadi tak ada artinya lagi.
Vennus
yang tak bisa menerima keadaan Antonio pergi meninggalkan Antonio dengan
meninggalkan sebuah harmonica yang dulu pernah diberikan Antonio pada Vennus.
Pertemuan
terakhir mereka terjadi disebuah karang yang ada ditengah lautan. Saat itu
Antonio sendiri tanpa awak kapalnya, mendekat kearah Vennus yang duduk menanti
dengan harapan bisa mendapatkan kembali cintanya.
Saat
Antonio hadir dalam sosok tengkorak mengerikan, Vennus malah menusuk Antonio
dengan belati emas tepat di jantung Antonio yang memang tidak berdetak lagi—tak
ada darah, tak ada kesakitan. Semua rasa itu sudah tak pernah ada lagi bagi
Antonio kecuali rasa cintanya.
Setelah
menusuk Antonio dan ternyata tak terjadi apa-apa, Vennus pergi maninggalkan
Antonio ditengah karang yang sunyi dan gelap—lalu alunan melodi harmonica
menghiasi karang yang menjadi saksi perpisahan cinta Antonio.
.
Harmonika menyanyikan lagu yang selalu
sama, lagu sendu cirri khas laut perompak. Hari itu senja, keindahan matahari
yang hangat membuat rubuh berlapis kulit itu terasa semakin rapuh. Semua awak
kapal yang ada di kapal diam menanti tenggelamnya matahari, karena saat
tenggelam semua kehidupan pun berubah menjadi sesuatu yang tidak lagi pantas di
sebut kehidupan.
Suara harmonika berhenti, harmonika
dimasukkan oleh Antonio kembali ke dalam saku rompinya, saat itulah cahaya
matahari menghilang diujung cakrawala. Andai
saja aku bisa setiap harinya mengejar matahari, maka akan aku lakukan itu
sehingga malam tak lagi menemuku. Bisikan itu masih sama di benak Antonio.
Akan tetapi kenyataanlah yang membuat mereka semua belajar bahwa semua itu tak
akan mungkin mereka lakukan.
Saat matahari tenggelam tubuh mereka
mulai mengering, kulit mereka mulai merapuh, rontok dan menyisakan tulang
belulang yang menyedihkan. Kini hanya pakaian yang melekat pada tubuh mereka
yang merupakan kerangka kuat yang memang harus bisa mereka terima. Kini
keindahan sudah sirna seperti matahari yang tenggelam dengan rona yang melancholia.
Saat malam tiba cat kapal yang
mengukirkan nama kapal itu di dinidng kapal perlahan mengelupas. Dari The Octavius
menjadi Black Jack yang suram dan ditakuti. Dari Antonio yang tampan menjadi
Kapten Jack yang menakutkan. Laut Perompak pun mereka arungi dengan nyanyian
keabadian.[]
_________________________________________________________________
Catatan Penulis : Cerita ini di ambil
dari catatan Risen Fanart Bortf dalam bukunya yang berjudul “Malam di laut
Prompak (edisi Klan Air) yang merupakan pecahan dari cerita fantasi yang
penulis tulis. Cerita fantasi yang berkisah tentang Negara antar Klan.
Risen Fanart Bortf adalah
Aquiler—Aquiler pertama yang melakukan perjalanan panjang antar Klan untuk
menulis sebuah buku tentang peradaban yang ada di setiap klan, dari budaya,
kepercayaan hingga hal-hal yang rahasia sekali pun. Buku Borjerklow atau Klan
Petir Klan Para Kesatria Pemberani adalah buku pertama yang ditulisnya
berates-ratus tahun yang lalu. Risen di hukum mati karena dianggap memaparkan
hal bohong yang mempengaruhi pola piker orang banyak tentang fakta di balik
Kerajaan Klan. Dan semua buku karangannya dimusnahan serta dilarang untuk
dibaca oleh siapapun. Risen juga merupakan seorang penganut paham Soruman.
Paham yang bertentangan dengan paham Sorun (Paham yang dianut oleh semua Klan
bahwa setiap kehidupan di Klan masing-masing hanya boleh menikah dengan orang yang
memiliki Klan yang sama).
__________________________________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah membaca dan memberikan komentar!