Smallville, Amerika Serikat
Ladang
jagung yang terhampar begitu luas, bergoyang diterpa angin pembawa hujan,
langit gelap datang menyirami setiap jengkal wilayah dengan airmata dunia. Di
dalam mobil yang terus bergerak, Lois Lane tak henti menyapu airmatanya.
Perjalanan itu merupakan napak tilas masa lalu kehidupan sosok yang
dicintainya. Clark Kent, begitu rindunya dia dengan nama lelaki yang sejak lama
mengisi ruang kehidupannya.
Ketika
mobil yang dikendarai oleh Lane berhenti di depan rumah yang berada di antara
ladang jagung yang luas, gemuruh petir berteriak penuh tegur, hujan rintik
menggapainya dengan perlahan tanpa terasa olehnya. Langkahnya tidak
terburu-buru, berkali-kali disapunya wajahnya agar raut kesedihan sirna, namun
dia tidak mampu membohongi perasaan yang sedang bergejolak dalam hatinya.
Daun
pintu diketuknya perlahan, suara langkah di dalam rumah terdengar mendekati
daun pintu. Ketika daun pintu itu terbuka, Lane bisa melihat perempuan tua
berambut putih menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Tanpa basa-basi Lane
merentangkan tangannya dan memeluk perempuan tua yang memiliki nama Martha
Kent.
“Dia
tiada, mereka memberitahuku,” ucap Lane dengan suaranya yang parau karena
menangis.
“Masuklah—,”
Martha juga terdengar serak, kesedihan itu tak bisa disembunyikannya juga. “
-S-
Metropolis, Amerika Serikat
Jubah
merah berkibar melintasi gedung tinggi pencakar langit, beberapa bagian dari
gedung-gedung itu hancur dan beberapa bagiannya lagi terbakar dengan asap hitam
mengepul menutupi cahaya matahari. Kota sibuk itu berubah menjadi neraka yang
mengerikan, semua itu hanya karena ulah sesosok monster besar yang terlahir
dalam kekerasan. Doomsday, begitulah orang-orang menyebut makhluk penghancur
tadi. Namanya, sama mengerikannya dengan apa yang telah diperbuatnya.
Mobil
Polisi yang sebelumnya mengepung Doomsday, kini sudah kosong, orang-orang
melarikan diri dengan rasa takut yang begitu besar. Doomsday mengangkat salah
satu mobil, memutarnya dengan keras lalu melemparkannya ke sosok berjubah merah
yang meluncur melintasi gedung-gedung.
Serine
mobil Polisi menguasai penjuru kota, begitu juga dengan teriakan meminta
tolong. Sosok berjubah merah mendengar itu semua tapi dia tidak bisa berbuat
banyak untuk menolong semua orang, karena sekuat apa pun dirinya, sehebat apa
pun kemampuannya, dia tidak bisa melakukan penyelamatan dalam waktu yang
bersamaan.
Dengan
kecepatan yang hampir menyamai kecepatan kilat. Sosok berjubah merah tadi
menerjang mobil Polisi yang mengarah kearahnya, mobil terbelah dua dan
kecepatannya sedikit pun tidak berkurang. Serangan cepat itu mengarah lurus
kearah Doomsday.
Doomsday
tidak heran dengan kemampuan lawannya itu, namun dia tahu kelemahan lawannya
yang biasa disebut orang-orang dengan sebutan Man of Steel itu. Batu Krypton, batu hijau yang berasal dari Planet
Krypton, tempat sang pahlawan super dilahirkan.
Terjangan
lurus dari udara tak bisa dihindari oleh Doomsday, tubuhnya yang besar
terdorong ke depan, mengikis aspal legam yang mencoba jadi tempat dia bertahan,
dalam keadaan secepat itu Doomsday mengayunkan pukulannya dari samping,
menghantam wajah sang pahlawan super. Domsday terlempar ke depan sedangkan
lawannya terlempar ke samping dan menghantam dinding gedung.
Dia
berpegangan pada pecahan aspal untuk menahan tubuhnya dan ketika dia menoleh
kearah dinding gedung yang hancur tempat sosok biru berjubah merah tadi
terlempar, sebuah pukulan keras menghantam wajahnya, pukulan itu tidak hanya
sekali namun berkali-kali. Pukulan keras tadi tidak mampu menghentikan Doomsday
untuk melawan. Dan tendangan memutar menghentikan pukulan bertubi tadi sejenak.
Cahaya
merah lurus keluar dari kedua bola mata yang berwarna biru. Cahaya merah
mematikan itu merupakan sebuah lasar penghancur yang bisa memotong tubuh
lawan-lawannya namun tidak pada Doomsday. Struktur tubuh yang kuat berlapis
baja membuat sinar penghancur tadi tidak berarti apa-apa. Hempasan keras
menggunakan besi pagar oleh Doomsday membuat wajah sang pahlawan super
berdarah.
Cukup
lama sang pahlawan super terbaring di atas aspal, namun semangatnya tidak
pernah pudar untuk menolong warga Metropolis. Dengan kelelahan dia bangkit,
meloncat tinggi lalu memutar kebelakang mencoba mengelabui Doomsday. Dan
gerakan itu tidak terlihat, dengan cepat kedua tangan kokoh merangkul Doomsday,
membawa tubuh besar tadi terbang melewati awan gelap. Doomsday tidak hanya
diam, dia berpaling dengan mudah dan melakukan pertarungan di udara yang begitu
sengit. Mereka berdua jatuh bersama, saling pukul satu sama lainnya, dan ketika
mereka berdua menyentuh bumi, gelombang dasyat yang terbentuk menggetarkan
segalanya yang ada di sekitar mereka, kawah besar terbentuk di tengah jalan.
“Mengapa
kau ingin menghancurkan kehidupan di Bumi?,” tanya sang pahlawan super sembari
bangkit dengan perlahan.
“Tak
ada yang layak dipertahankan di Planet ini. Masa berakhir Bumi sudah tiba.” Doomsday
melayangkan pukulan keras ke depan.
Loncatan
sekali ke belakang menghindari pukulan keras tadi. “Ada banyak kebaikan di
sini—.”
“Kebaikan
yang berujung pada kejahatan, keserakahan, ketidak setabilan tata surya,” jelas
Doomsday dengan suaranya yang berat. “Manusia harus segera dimusnahkan.”
“Manusia
akan selalu berubah menjadi lebih baik.”
“Itulah
yang membuatmu lemah,” Doomsday melempar bongkahan aspal.
Jubah
merah berkibar terbang, menghindari bongkahan aspal yang cukup besar, kemudian
menerjang tanduk Doomsday hingga sosok besar itu terlempar dan terhempas ke tiang
jembatan. Titik kelemahan itu membuat Doomsday sedikit melamban. Di kesempatan
yang begitu sempit itu, jubah merah melayang dengan kecepatan dua kali
kecepatan sebelumnya, kali ini dia memegang Doomsday dengan sangat erat,
membawanya terbang ke langit, menerjang atmosfer bumi. Semakin ke atas semakin
sulit Doomsday bernafas karena semakin hampa dengan udara. Ketika sang pahlawan
super mendorong Doomsday untuk mengakhiri pertarungan panjang itu. Doomsday
menarik sebuah benda kecil tapi runcing dari balik dadanya. Benda itu berwarna
hijau menyala, melemahkan sang pahlawan super.
Dan
ketika batu hijau tadi ditusukkan ke tubuh berlapis pakaian biru dengan jubah
merah tadi, tubuh kuat dalam seketika menjadi lunglai, terdorong ke bawah
hingga menyentuh atmosfer Bumi. Doomsday terlempar ke luar angkasa sedangkan
lawannya jatuh kembali ke Bumi dalam keadaan tidak sadar.
Jubah
merah terbakar karena menerima gesekan dari atmosfer bumi, sedangkan tubuh
kokoh itu meluncur jatuh bagaikan meteor seperti pertama kali dia datang ke
Bumi. Batu krypton merenggut kehidupannya.
Seorang
bocah yang bersembunyi di balik mobil taksi, bangkit dan menatap ke langit, tak
jauh dari tempatnya berada sosok yang dilihatnya dilangit tadi jatuh. Sosok
kuat, bermata biru, berambut hitam dengan karisma luar biasa itu, telentang
dengan tubuh tak bergerak, nafasnya tidak lagi terlihat di dadanya. Harapan pun
menjadi kelabu.
“Superman,”
teriak bocah tadi menghampiri sosok yang dikaguminya itu. “Superman,” teriaknya
tak percaya.
Dan
seorang perempuan berlari menghampiri bocah tadi, diangkatnya tubuh Superman
perlahan, dipegangnya wajah tampan itu. Di dalam pangkuannya orang yang paling
disayanginya pun pergi meninggalkan kehidupan.
-S-
Lex
Luthor meneteskan airmatanya, dia membawa sebuah rangkaian bunga mawar putih,
meletakkannya di atas kuburan baru berlapis baja. Simbol huruf S besar
menunjukkan pemilik kuburan tadi.
“Aku
akan merindukanmu,” ucap Luthor yang kemudian pergi meninggalkan kuburan yang
dipenuhi dengan rangkaian bunga dan lilin yang terus menyala.
Ketika
Luthor mencapai pohon beringin yang berada di samping mobilnya, seorang
perempuan bergerak menuju kuburan yang baru saja ditinggalkan olehnya tadi. Kita semua kehilangannya. Ucapnya dalam
hati yang kemudian memalingkan wajahnya.
Mobil
mewah hitam itu melaju menyusuri jalan yang penuh dengan orang-orang yang
berdoa dalam kesedihan, mobil tadi berhenti di depan sebuah gedung tinggi
tempat sang pemilik mobil tinggal.
Ketika
memasuki ruang kerjanya sebuah peti terbuka di samping lampu-lampu besar yang
menerangi ruangan. Luthor bersandar pada peti tadi kemudian melihat ke dalam,
kearah isi peti tadi.
“Aku
percaya kau akan kembali. Begitu juga dengan pertarungan kita yang tidak pernah
usai.” Lalu peti pun ditutupnya dengan perlahan.
-S-
4 Bulan Kemudian…
Sebuah
Truk berhenti di pinggir jalan yang sepi, seorang laki-laki yang sebelumnya
berdiri di pinggir jalan berlari menghampiri truk tadi. Sang sopir truk
bertanya pada laki-laki tadi.
“Mau
kemana?.”
“Entahlah!,”
jawabnya sambil menarik ransel yang dibawanya.
“Apa
yang kau cari?,” tanya sopir truk lagi.
“Mungkin
tempat asalku,” jawabnya sedikit ragu.
“Siapa
namamu?.
“Kal-EI.”
Sopir
truk tadi mengerutkan keningnya karena baru kali itu dia menemukan seseorang
yang memiliki nama seaneh itu. “Mau menumpang?.” Dia menawarkan sambil membukakan
pintu Truk.
Laki-laki
tadi naik dan duduk di sebelah sopir truk tadi. “Kau bisa memanggilku Clark,”
ucapnya pula.
“Ya
kurasa itu lebih mudah dari Kal-EI,” ucap sopir truk tadi sambil tersenyum.[]
_________________________________________
NB : Untuk Joe Shuster dan Jerry
Siegel, terima kasih atas sosok yang menginspirasi ini
_________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah membaca dan memberikan komentar!