1 Jul 2011

Sepuluh Perintah Tuhan



Seperti penciptaan langit, bumi dan seisinya. Di mana selama enam hari langit, bumi dan segala isinya di ciptakan dan tepat pada hari ketujuh  Tuhan memberkatinya dalam kesempurnaan.
Sepi di sore yang biasa, di dalam gereja yang indah dengan suasana sepia yang menenangkan hati. Lilin-lilin masih jauh dari waktu untuk berhenti menyala, dan di dalam kesepian itu seorang laki-laki berambut acak-acakan, menggambarkan pikiran yang membeban penuh tak bisa dibendungnya lagi.
Kedua tangannya merangkul semua jemarinya, menyandarkannya pada dahi sembari berdoa memohon pengampunan, langkah yang menapak di depan pintu gereja yang terbuka lebar tidak membuat James lepas dari doanya, dan ketika langkah itu berjalan melewatinya, dan duduk di bangku yang ada di depannya, tetesan air mata James pun di sapu, menutupi kepiluan dalam penyesalah masalalu yang tersu menghantuinya.
Dua orang laki-laki itu bisu, mereka sama-sama menunduk menghadap ke depan kearah salip besar yang terpasang indah berhiaskan lilin-lilin yang bergoyang syahdu. Dan ketika doa itu telah usai, James pun bangkit sambil memberkati dirinya sediri. Suara lelaki tua yang duduk di bangku depan membuatnya berdiri kaku mendengarkan.
“Anda orang baru di sini?,” ucap lelalki tua tadi yang ternyata Pastur, berdiri dan berpaling kearah James.
“Iya, baru beberapa hari saya pindah ke daerah ini.”
“Perkenalkan saya Daniel, Pastur di gereja ini.”
Jabatan tangan itu menimbulkan kehangatan dalam keramahan yang lama telah terindukan oleh James. Dan berawal dari jabatan tangan itu perbincangan mereka membuat mereka berdua mencoba untuk saling mengenal satu sama lainnya.
Sampai di halaman gereja mereka berpisah, sebuah ajakan berkunjung yang di tawarkan oleh Pastur Daniel pada James di setujui oleh James dengan senyum yang terlihat di paksakannya.
Seakan raut senyum itu sudah lama tidak dilakukan olehnya. Pikir Pastur Daniel sembari berjalan dalam arah yang berbeda dengan James. Apakah dia sedang tersesat?.
*
Mimpi itu datang lagi. Mimpi yang membawa sayap hitam bagai bayangan itu menagapak menembus langit gelap, tanpa bintang, tanpa rembulan, dan tanpa daratan yang seharusnya penuh dengan hijaunya dedaunan.
Lalu James memutar tubuhnya, menggerakan sayapnya, mencari tempat segar yang diharapnya bisa menenagkan hatinya dari kegelisahan yang mendesaknya untuk terus mencari. Seperti penyakit yang terus menggrogoti tubuhnya, tanpa henti dan semakin memuncak.
Lalu awan hitam menggumpal, dan di atas sebuah batu besar itu James berdiri, sayap dilipatnya, dan dia melihat tornado turun dari langit, bersamaan dengan hujan dan petir yang akhirnya menyambar pundaknya.
Bulu hitam dari sayap-sayap bayangan itu berserakan, terbawa oleh pusaran tornado dasyat. Sayap itu patah, terbang pun sudah tak bisa, kuasa pun sudah tiada. Dan pasrah dalam kematian yang tertunda.
Pistol terjatuh ke samping tempat tidur, keringat James membasahi baju kaosnya yang tipis, matanya menegang seperti nafasnya yang juga ngos-ngosan. Pelan menenangkan, membuat semuanya kembali normal dan kaki yang telanjang itu bergerak menciptakan denyit pada lantai papan yang dipijaknya.
Air dingin menyeka wajah kusamnya, kemudian duduk di depan meja kayu yang diterangi oleh lampu duduk. James berpaling menatap kearah jendela kaca, gelap masih terlihat, azan subuh terdengar melambat. Beberapa benda yang terbuat dari besi tersusun rapi, ketika azan subuh berakhir jemari cekatan James pun mulai bergerak.
Lama dalam sepi, berhiaskan suara menggeletak dari besi-besi yang dirangkainya menjadi sebuah benda yang akhirnya di pandanginya dengan wajah serius. Tak pernah aku merasakan ketakutan seperti saat ini, mimpi itu mungkin!, mimpi itu mempengaruhi pikiranku, sayap bayangan tersambar petir seolah menjadi pertanda buruk bagiku.
Pendengaran James di kuatkannya, alunan suara merdu yang bersal dari ruangan sebelah membuat James penasaran untuk mendengarkan. James bangkit mendekat kearah dinidng dan menempelkan daun telinganya, hingga akhirnya hanya diam duduk menghadap kearah dinding polos berwarna pucat.
Merdu di subuh yang menyambut pagi, alunan ayat-ayat Al-quran yang tidak di mengerti oleh James entah mengapa membuat hati James terasa tentram, suara itu adalah suara seorang perempuan yang tinggal di sebelah rumah yang di kontrak oleh James.
Hingga suara itu usai, James masih diam merenung.
Matahari sudah mencuat, James keluar dengan pakaian rapi, membawa kamera, menyalakan sepeda motornya, tapi ketika ingin beranjak, seorang perempuan berkerudung coklat keluar dari rumah sebelah, perempuan itu membawa penyiram tanaman, menyiram bunga-bunga yang bermekaran penuh kesegaran.
Dengan cepat James mengarahkan kaeranya, mengambil beberapa foto perempuan tadi. Hingga perempuan tadi menyadari hal itu dan bergerak cepat kembali masuk ke dalam rumah.
Dan sepeda motor melaju menyusuri jalan yang masih sepi.
*
Kail pancing sudah dilempar ke sungai, Dua orang laki-laki tadi duduk bersebelahan menunggu ada ikan memakan umpan pancing mereka.
“Apa yang sedang anda kerjakan?,” tanya Pastur Daniel menatap kearah James.
“Hanya mengambil foto, mencoba melepaskan kepenatan dalam kesibukan kota yang membuat stress.”
Pastur tersenyum. “Saya kira anda lebih dari sekedar seorang fotografer. Tapi mungkin saja, fotografer yang selalu membawa senjata kemana pun dia pergi — mungkin payung sebelum hujan.”
James mengelurkan sebuah pistol dari belik ikat pinggangnya. “Ya, payung sebelum hujan. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Masa depan itu hanyalah kuasa Tuhan, manusia hanya bisa berusaha dan berdoa.”
“Saat kunjungan pertama anda ke gereja, saya dapat melihat bahwa anda bukanlah orang yang sering ke gereja. Jarang sekali seorang yang sering ke gereja dan berdoa menangisi sesuatu. Sudah pasti dia tangisi karena sudah lama dia tidak menceritakan kisah hidupnya lewat doanya kepada Tuhan. Apa yang sedang anda tangisi?.”
James tersenyum, dan hanya diam seribu bahasa.
“Boleh saya menebak? — mungkin ini urusan antara manusia dengan Tuhan, seperti pengaturan yang tertulis dalam sepuluh perintah Tuhan. Di mana bagian pertama dan keempat dari sepuluh itu adalah urusan Tuhan dengan manusia, sedangkan sisanya adalah hubungan antar manusia.”
Kali ini James memberikan sebuah respon. “Menurut saya urusan sesama manusia itu juga termasuk bagian dari hubungan manusia dengan Tuhan.”
“Dalam sepuluh perintah Tuhan itu, diberitahukan melewati Musa bahwa manusia, yang pertama, Hanya percaya pada Tuhan, tidak kepada berhala, dan tentang kecintaan kita kepada Tuhan. Dalam cakupan itu sudah jelas bahwa hubungan antara manusia dengan Tuhan adalah hubungan keperceyaan, yaitu iman, beriman kepada Tuhan. Lalu yang kedua dilarangnya kita menyebut nama Tuhan dengan tidak sopan. Inilah ajaran sifat menghormati sang pencipta, rasa cinta itu di gambarkan lewat keindahan  bukan dengan ketidak sopanan, hal yang membentuk sifat sopan dalam hidup.”
“Poin-poin itu terasa simpel dan mudah, tapi dalam prakteknya sudah pasti seringkali terlalaikan,” James berpendapat.
“Dulu saya juga seorang yang selalu melalaikan hal itu. Seperti pada perintah nomor tiga dan empat, yaitu kuduskanlah hari Tuhan serta hormatilah ibu-bapakmu. Dulu saya meninggalkan itu, di saat saya memiliki kesempatan untuk melakukan hal itu saya tidak melakukannya, dan saat ini kita hanya bisa menyesalinya. Saat ibu-bapak sudah tak lagi ada di mata.”
“Jika boleh melakukan pengakuan maka pengakuan itu akan saya lakukan.” James diam sejenak. Sedangkan Pastur Daniel mulai diam mendengarkan. “Saya memang bukan seorang fotografer, saya adalah seorang pendosa yang mencoba lari dari dosa-dosa itu. Tapi semakin saya menghindar semakin dekat dosa itu membisikkan banyak hal yang saya takutkan ke telinga batin saya. Membunuh, berzinah, mencuri, dusta, serta berlaku tidak adil, itu adalah bagian dari kehidupan saya. Maaf jika saya hanya bisa melakukan pengkuan sebatas ini saja. Saat ini saya mencoba menyelami pencerahan yang sulit saya rasakan.”
Pudan James di tepuk oleh Pastur Daniel. “Itu pun sudah cukup di namakan pengakuan. Tapi ada sesuatu yang harus di ketahui. Walau dosa manusia merupakan urusan manusia dengan Tuhan, Ada juga dari dosa-dosa itu yang menjadi urusan manusia dengan sesamanya. Mungkin hal itu yang menghantui diri anda saat ini.” Pastur Daniel berpaling kearah sungai. “Semua yang kau akui itu ada di dalam sepuluh perintah tuhan yang merupakan termasuk hubungan antar amanusia dengan sesama manusia. Dari perintah kelima hingga sepuluh itu semuanya manusia dengan manusia.
Jangan membunuh
Jangan berzinah
Jangan mencuri
Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu
Jangan mengingini istri sesamamu
Dan yangterakhir, janganmengingini milik sesamamu secara tidak adil.
Anda sudah tahukan apa yang sekarang mungkin harus anda lakukan atas dosa yang terus menghantui anda?. Saya juga merasakan seperti yang ada rasakan — itu cerita dulu sekali —,” Pastur Daniel terhenti, kemudian diam merenungkan sesuatu.
Perbincangan itu tidak lagi berlanjut, hingga mereka pulang pun kebisuan itu masih sama.
*
Suara merdu ayat-ayat Al-quran itu menjadi penikmatan setiap subuhnya oleh James. Hingga rasa penasarannya itu membuat dirinya memberanikan diri untuk mengetuk pintu sebelah rumahnya itu pelan, ketika matahari sudah mencuat di ujung timur.
Lama James mengetuk tapi tak ada juga jawaban atau langkah kaki yang terdengar dari balik pintu untuk membukakannya pintu. Hingga ketika James memutuskan untuk kembali kerumahnya, sesampainya di depan pintu rumahnya, pintu rumah sebelah terbuka.
Wajah cantik berlapiskan kerudung itu melirik kearah James kemudian kembali menutup pintu rumahnya dengan pelan.
James memegang gagang pintu rumahnya, memutarnya dan masuk tanpa berucap. Pagi itu adalah hari minggu. Dia mulai berolah raga di dalam rumahnya, mandi dan berpakain rapi, kemeja biru kotak-kotak itu dilapisinya dengan jaket hitam, langkahnya menuju ke meja kayu, kesebuah benda yang dirakitnya beberapa hari yang lalu.
Dari dalam koper yang terbuka, beberapa foto wajah seseorang tergambar jelas. Nama belakang orang itu Keyes. Cukup lama dia memastikan dirinya sendiri atas target yang sedang dihadapinya itu.
Koper ditutupnya kembali, benda yang di raktinya itu di lepas beberapa bagiannya, di masukkan ke dalam tas hitam, di sandang dan mulai berjalan keluar rumah.
Saat menyalakan sepeda motor. James bisa melihat wajah seorang perempuan mengintip di balik gorden rumah yang ada di sebelah rumahnya.  Tapi James tak menghiraukan hal itu.
Hari minggu gereja penuh dengan jamaah. Tepat ketika orang-orang keluar dari gereja, sebuah kejadian yang menggeparkan terjadi. Teriakan histeris penuh kejut menangisi darah yang akhirnya mengalir dari balik tengkorak kepala yang berlubnag.
Timah  panas yang menembus kepala laki-laki itu mencabut nyawanya dalam hitungan detik. Dalam dua loh batu itu lah perakata keagungan yang menghubungkan Manusia dengan Tuhan dan manusia dengan sesamanya terukir. Kebesaran Tuhan Allah yang tak ada tandingan karena Dia-lah sang pencipta alam semesta ini. Seperti penciptaan langit, bumi dan seisinya. Di mana selama enam hari langit, bumi dan segala isinya di ciptakan dan tepat pada hari ketujuh  Tuhan memberkatinya dalam kesempurnaan
*
Suara yang membaca ayat-ayat Al-quran itu terhenti, setelah sebuah suara menghentikan dan mengagetkannya.
Langkah itu bergegas keluar rumah, menyebrangi beberapa bunga-bunga yang tumbuh di halaman kecil depan rumahnya. Langkah itu menuju pintu sebelah, pintu tidak terkunci, renggang.
Sebuah tubuh tergeletak tak bernyawa, dengan pistol yang masih berasap di tangan kanannya, mengarah kekarah kepala yang tembus oleh timah panas dan mengalirkan kentalnya darah.
di depan mayat itu sebuah kertas dan beberapa foto berserakan. tertulis sebuah nama di kertas itu. Target : Daniel Keyes.
*
Sehari sebelumnya. . . . .
Daniel tunduk di depan salip yang ada di belakang tempat tidurnya. Ya Tuhan ampunilah segala dosaku. Dosa atas orang-orang yang pernah aku bunuh, dosa atas apa yang telah menajdi pekerjaanku dulu. Dan aku pun tahu pengabdianku padamu masih terasa tak pantas untuk mendapatkan sebuah pengampunan. Kepada Bapa, Putra dan Roh Kudus.[]
________________
NB : terima kasih
sudah membaca
________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah membaca dan memberikan komentar!