18 Agu 2011

ROH


Suara kaki melangkah.
Dekat.
Kemudian berhenti.
Tepat di depan Jos yang tidak berani membuka selimut.
Dengan sangat pelan, selimut disingkap, Jos mulai meringis ketakutan. Dan saat selimut sudah terkuak sempurna, mata Jos menegang penuh kejut.
“Jos—ada apa denganmu?.”

Jos merentangkan tangannya, meminta pertolongan atas keritis nafas yang tiba-tiba menyesak di dadanya. Dengan sangat cepat, pelukan itu menarik tubuh Jos, membawa Jos kembali ke kamar,
Dibaringkan di atas tempat tidur.
Membuka laci bupet samping tempat tidur.
Mengambil Berotec yang langsung di pasang di mulut Jos, ditekan dan. “Hisap sayang!.”
Nafas Jos perlahan mulai normal.
“Dia menggangguku lagi bu!.”
“Siapa?,” sang Ibu kebingungan.
Jos hanya diam, kemudian dia mengalihkan pembicaraan. “Ayah kapan pulang?.”
“Besok Ayah akan datang—sudahlah, kau hanya bermimpi buruk saja. Tidur, besok ibu akan mengajakmu memetik bunga di hutan belakang.”
Selimut menutupi tubuh Jos, ciuman membenam di dahi Jos, kemudian sang Ibu pergi keluar kamar sambil menutup pintu kamar dengan perlahan.
Jos . . . . Jos . . . . Jos . . . .
Jos membuka matanya. Duduk kemudian menerawang ke seluruh sudut kamar. Hingga kemudian dia terkejud ketika melihat sesosok bocah perempuan berdiri di samping kuda-kudaan kayu.
Jos . . . Ayo kita bermain
Perlahan Jos turun dari atas tempat tidurnya. Bergerak sedikit-demi sedikit menjauh menuju pintu kamar yang masih tertutup.
Jos, Ayo kita bermain—kamu tidak mau bermain denganku lagi ya?
Kuda-kudaan kayu mulai bergoyang pelan. Denyit mulai terdengar lagi. Dengan tangan bergetar Jos memutar gagang pintu, menyelipkan tubuhnya keluar kemudian berlari kencang kearah kamar sebelah.
“Ibu . . .Ibu . . .,” Jos gelisah, menggedor pintu kamar.
Gedoran pintu berhenti. Seperti suara kuda-kudaan yang juga berhenti dengan sekejab. Suara pertengkaran bernada kasar terdengar di lantai dasar. Jos bergerak menjenguk ke lantai dasar. Ayah dan Ibunya sedang bertengkar.
“Ternyata kau berselingkuh . . . .  . . .,” Suara laki-laki.
“Tidak—aku selalu di rumah bersama Jos—kau yang berselingkuh bersama asistenmu itu,” suara perempuan.
Puukulan kasar menghantam pipi putih pucat, membuat perempuan yang di pukul tadi terduduk di lantai kayu.
Jos murung.
Bergerak kembali kea rah kamar ibunya, bersandar dengan tangis yang menderas di kedua bola matanya. Pintu yang di sandarnya tergeser pelan. Cahaya dari kamar menyelinap keluar ruangan. Jos menggeser tubuhnya, mengintip ke dalam kamar.
Suara desahan.
Seorang perempuan yang dikenalnya
Dengan laki-laki muda yang merupakan tetangga sebelahh rumahnya.
Mata Jos menegang, jemari-jemari dengan tiba-tiba memegang bahunya. Mengejutkannya, membuat dirinya berpaling ke belakang.
Jos…Ayo kita bermain!
Jos mengikuti langkah bocah perempuan menuruni anak tangga, mengantarkan mereka kelantai dasar. Langkah bocah tadi membawa Jos ke dapur, dimana Jos bisa melihat Ayah dan ibunya lagi-lagi bertengkar.
Ayahnya memukuli ibunya.
Menyiram tubuh ibunya dengan bensin
Kobaran api bersamaan dengan teriakan penuh rintih.
Tanpa bisa di cegah oleh Jos belati tajam yang tergenggam di tangan Ayanya. Merajam dada Ayahnya sendiri. Membunuh dirinya sendiri, hingga tergeletak berlumuran darah.
Api membesar.
Teriakan di kamar atas membuat langkah Jos berlari menyusuri tangga.
Di sekeliling kobaran api, Jos melihat seorang boca laki-laki menangis dengan napas sesak di pojok kamar, gemetar tanpa ada pertolongan. Api semakin menjadi, membakar semuanya yang tak bisa lari keluar dari kepungan nyala api.
-.o.-
Jos berdiri di halaman rumahnya, memandangi rumahnya yang terbakar api. Suara serine pemadam kebakar menggema. Orang-orang berlarian membawa selang, menyemprotkan air kearah api yang perlahan memadam.
Dalam tangis Jos berpaling.
Kedua tangannya di pegang oleh dua orang tersayang.
Ayah dan Ibunya.
“Ibu, jos baru menyadarinya!.”
Sang ibu tersenyum begitu juga dengna sang Ayah.
Sambil melangkah Jos menoleh kembali ke belakang, kearah ruamh tua yang hitam bekas terbakar. Tepat di jendela kamarnya di lantai dua. Jos bisa melihat bayangan seorang bocah perempuan sedang menatapnya sambil bermain kuda-kudaan kayu.
“Kita akan pergi kemana?,” tanya Jos pada kedua orang tuanya.
“Mungkin surga,” jawab kedua orang tuanya serempak.
“Siapa bocah perempuan itu?,” tanya Jos lagi.
“Penghuni rumah kita yang dulu—,” jawab Ayahnya sambil tersenyum tipis.
NB : untuk tokoh2 yang mati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah membaca dan memberikan komentar!