9 Okt 2011

Hari ini adalah hari kematianku

Aku rasa hujan, tapi tidak membasahi jiwaku. Aku juga merasakan teriakan orang-orang menyebut lirih namaku. Dan yang aku tahu hari ini adalah hari kematianku.

Tidak terdengar suara burung kutilang yang bertengger di ranting pohon ketapi. Melainkan teriakan gagak yg sedikitpun tak masuk dalam tangga nada solmisasi yang malah terdengar. Begitu juga dengan pelangi yang biasanya melintang mengikuti ujung cakrawala. Usaikah sudah dunia?. Yang aku tahu hari ini adalah hari kematianku.

Seminggu sebelumnya adalah waktu senggang yang aku miliki sebelum hari kematianku tiba. Saat itu aku masih mampu menangkap bola yang orang lemparkan kearahku. Membalas lemparan mereka lalu tertawa bersama seperti mentari pagi yang cerah tanpa pernah didatangi oleh mendung yang tidak terduga. Dan menghitung mundur dari hari itu hanya ada detak kosong yang begitu dingin merajam jiwa. Maka hari kematianku pun sudah tiba.

Sekali lagi aku rasa hujan, tapi tidak membasahi jiwaku. Sekali lagi aku dengarkan orang-orang lirih menyebut namaku. Akan tetapi di bawah pohon rindang itu tempat aku diteduhkan dari dunia, aku melihat wajah mereka semua. Wajah yang akhirnya menapak langkah pergi seperti sejarah yang akhirnya membusuk dan terlupakan.

NB:untuk hari kematina.
(latihan menulis puisi)
Published with Blogger-droid v1.7.4

2 komentar:

  1. waaah kalimat terakhirnya aku suka banget Alf. sangat menusuk jantung

    keren banget fiksinya. Untuk kritikan aku serahkan sama Uleng tepu aja ya hehehehe

    BalasHapus
  2. thks Ron udah mampir....semoga bisa menjadi pemanasan utk hari H nanti hehehee
    uleng memang ahlinya masalah puisi hehee

    BalasHapus

terima kasih sudah membaca dan memberikan komentar!