20 Des 2011

[Lembar buku harian yang tercecer] Kematian dibayar dengan kematian


…………………………………………………………………………………
Tak ada yang bisa mengetahui kapan kita akan mati. Hari ini kita bisa tertawa, bisa menangis, bisa melakukan apa saja yang memang ingin kita lakukan, tapi kita tidak pernah tahu jika besok kita bisa saja mati dengan berjuta macam alasan yang mengejutkan. Kita sering kali berucap selalu ada hari esok! , tapi siapa yang tahu hal apa yang pasti terjadi besok dan seterusnya.
Seperti yang aku alami 2 tahun yang lalu, tak pernah menyangka aku bahwa kedua orang tuaku dibunuh oleh seorang perampok yang tanpa senghaja melintasi jalan tempat kami berada. Baik perampok itu juga tidak pernah merencanakan sebuah perampokan terhadap kedua orang tuaku, menodongkan postol dan menembakkan pistol itu kearah Ayahku lalu Ibuku.

Perampok itu juga sebelumnya tidak pernah memiliki niat untuk merampok atau bahkan membunuh jika dia memiliki uang dan tidak dalam keadaan terdesak karena ke-2 anaknya yang masih kecil kelaparan di rumah penuh tangis.
Dan bahkan ledakan senjata pun tidak akan pernah menggema andai saja pistol yang dimiliki perampok tadi tidak pernah dimilikinya, pistol yang didapatnya dari almarhum ayahnya.
Sebuah kejadian yang tidak pernah terduga sebelumnya, akan tetapi seolah sudah terpetakan sejak lama dan digariskan oleh Tuhan pasti akan terjadi. Kejadian yang terjadi karena banyaknya hal lain yang jika dipikir tidak saling berhubungan satu sama lainnya, dan akhirnya memiliki benang merah pada sebuah pristiwa yang juga tidak pernah direncanakan oleh para pelakunya.
Dan kejadian yang sudah menjadi masa lalu itu pun masih memiliki dampak lanjutan, dampak perasaan dendam dan ketakutan yang akhirnya membenam di dalam jiwaku. Dendam yang membuat aku hampir gila dan tidak bisa tidur setiap kali wajah kedua orang tuaku membayang di dalam benakku.
10 tahun kemudian perampok tadi dikeluarkan dari penjara, dia dikeluarkan lebih cepat daripada seharusnya, kata orang karena dia berlaku baik dan mengakui semua perbuatannya, tapi meskipun dia berkata menyesal telah melakukan itu semua rasa dendam di dalam jiwaku tidak pernah surut dan hilang. Aku pun berencana untuk membunuhnya dengan pistol yang tersimpan di dalam lemari pakaian Ayahku, pistol Ayahku yang akan merenggut kehidupannya. Kematian dibayar dengan kematian.
Tapi begitu terkejutnya aku ketika sudah berdiri di depan pintu pengadilan, ketika si perampok tadi dinyatakan bebas, ketika aku mulai mengelurkan pistol yang ku pegang dari lengan jaket yang ku kenakan. Suara tembakan menggema di ruangan yang riuh dengan orang-orang, sebuah tembakan yang dilakukan oleh seorang perempuan yang sama sekali tidak aku kenal, perampok tadi roboh, dia tergeletak di atas ubin putih bersimpah darah, nyawanya tidak terselamatkan.
Semenjak kejadian itu aku malah sering terdiam berpikir panjang, berpikir tentang rasa yang aku rasakan, tentang penyesalan yang terus mengalir di dalam jiwaku. Aku tak tahu harus kemana lagi aku membalas dendam, aku tak tahu kemana aku harus melampiaskan ketakutan dan rasa sedihku, aku tak tahu…….aku benar-benar merasa sendirian di dalam situasi yang tidak memiliki kepastian.
Hari ini aku melakukan perjalanan jauh yang tidak memiliki akhir, aku terus melangkah dan berharap semua itu bisa terobati dan terlupakan dengan sendirinya, walau pun aku tidak pernah yakin dengan hal itu……aku tidak pernah yakin…….
………………………………………………………………………….
NB : Apa yang anda lakukan jika semua ini terjadi pada anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah membaca dan memberikan komentar!