26 Des 2011

Matinya Hari Ibu


Dan kini aku pun mempunyai anak yang setiap kali kubenamkan payudaraku kemulutnya yang rakus, dari kecil hingga dia besar pun selalu kujejali payudaraku, tidak hanya pada anakku tapi juga pada Suamiku, pada teman Suamiku, pada tetangga kami, pada siapa saja yang datang membawa uang untuk kehidupan kami. Payudaraku setiap kali aku benamkan di dalam mulut-mulut yang rakus.

Tiba suatu ketika Ayahku dibunuh orang, aku pun tinggal bersama ibuku saja, setiap malam kudengar suara desahannya di kamar sebelah, aku tahu suaranya itulah yang membuat kami bisa bertahan hidup, bisa membeli makan, bisa membuat aku bersekolah, walau aku sering juga mendengar pakian dan hinaan dari orang-orang yang tidak suka dengan hidup yang kami miliki. Terlepas dari itu semua aku selalu bersyukur karena hingga saat ini pun kami masih bisa bertahan.
Sama seperti Ayahku, Suamiku pun mati dibunuh orang, kini aku hidup bersama anakku saja, setiap malam kudesahkan suara kenikmatan di kamar sebelah, walau pun aku tahu anakku mendengar hal itu, tapi hanya hal itu yang bisa membuat kami bertahan hidup, bisa membeli makan, bisa membuat anakku bersekolah, walau aku dan anakku sering kali mendengar pakian dan hinaan dari orang-orang yang tidak suka dengan hidup yang kami miliki. Terlepas dari itu semua aku selalu bersyukur karena hingga saat ini pun kami masih bisa bertahan.
Ibuku telah mati karena penyakit HIV, dan aku pun sendiri tanpa pilihan hidup yang jelas, sekolahku terhenti, aku tak tahu harus mengadu kemana. Hingga akhirnya aku yang mulai beranjak dewasa mulai melakukan apa yang pernah dilakukan Ibuku untuk bertahan hidup. Seperti orang-orang yang membenci Ibuku katakan : bahwa buah tidak jauh jatuh dari pohonnya.
Kini aku terserang penyakit HIV, aku takut mati hingga akhirnya anakku pun tidak memiliki banyak pilihan hidup yang jelas, aku takut sekolahnya terhenti, aku takut dia sendiri tanpa ada tempat dia mengadu keluh kesahnya. Aku takut dia melakukan apa yang pernah dilakukanku untuk bertahan hidup. Aku takut kata-kata orang-orang yang membenci kami terbukti lagi : bahwa buah tidak jauh jatuh dari pohonnya.
*
Aku menangis ketika membaca buku harian Ibuku, tentang cerita ibunya yang tidak jauh berbeda dengan kehidupan yang dialami olehnya. Aku menangis karena mengetahui ketakutan yang pernah dimiliki oleh Ibuku, ketakutan tentang : bahwa buah tidak jauh jatuh dari pohonnya.
Aku menangis karena ucapan orang-orang yang membenci kami terbukti lagi, bahwa aku sama saja seperti Ibuku, seorang pelacur yang bertahan hidup dengan melacur.
Sudah setahun Ibuku mati, matinya dihari Ibu. Semoga Tuhan mendengar doaku!.[] 

NB : Untuk para Ibu yang lupa cara mendidik anaknya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah membaca dan memberikan komentar!